Optimalisasi Pemahaman Konsep Perbaikan Rambu Cahaya Melalui Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Dalam Kelompok Kooperatif

Welcome To SolusiFunny


Abstrak : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran awal proses pembelajaran, kemungkinan penerapan model inkuri dalam kelompok kooperatif pada pokok bahasan Perbaikan Rambu Cahaya, gambaran proses pembelajaran menggunakan model inkuiri dalam kelompok kooperatif, peningkatan hasil belajar yang didapatkan, kendala-kendala yang dihadapi saat pembelajaran, dan untuk mengetahui kesan dan tanggapan guru dan siswa setelah penerapan model pembelajaran ini. Pada proses pembelajaran terdapat kendala-kendala yang dihadapi seperti kesiapan guru dan manajemen waktu saat mengkondisikan siswa, kesiapan siswa menerima pelajaran, waktu pembelajaran yang berubah, dan situasi lingkungan yang tidak terduga, namun kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan melakukan diskusi antara guru dan peneliti. Kesan dan tanggapan yang disampaikan guru dan siswa melalui wawancara juga menyatakan bahwa inkuiri dalam kelompok kooperatif membawa pengaruh positif. Guru menyatakan model ini dapat mengubah cara belajar siswa dari yang hanya mendengarkan menjadi beraktivitas, dan dapat meningkatkan motivasi siswa. Sedangkan menurut sebagian siswa, model ini dapat membantu siswa memahami materi, memberikan kebebasan mengemukakan pendapat, dan siswa terdorong untuk berdiskusi bersama teman untuk memecahkan masalah yang dihadapi sebelum bertanya kepada guru.

Abstract : This research aims to understand the early descriptions of the learning process, the possibility of applying the inquiry model in cooperative groups on the main criticism of Light Repairs signs, the learning process using the image model inkuiri in cooperative groups, the increase of learning results established, the obstacles faced when learning, and to know the effects and responses of teachers and students after the implementation of this model of learning. In the process there are obstacles faced as a teacher preparedness and management at the time condition of  students, students' readiness to receive lessons, times of change, and environmental situation that is not presumed, but the obstacles can be overcome through discussion between teachers and researchers . Effect of feedback and delivered through teacher and student interviews also suggested that inquiry in cooperative groups to bring positive influence. Teacher says this model can change the way students learn from the hearing only to be activity, and can increase student motivation. Meanwhile, according to some students, this model can help students understand the material, giving freedom to express opinions, and pushed the students to discuss with friends to solve the problems before asking the teacher.

Kata Kunci : perbaikan rambu cahaya, inkuiri, kelompok koperatif


LATAR BELAKANG
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan penulis  di  Balai  Pengembangan Teknologi Pendidikan  (BPTP)  Provinsi  Jawa  Barat  Kota Bandung pada salah satu kelas dengan jumlah siswa 24   orang,   ditemukan   bahwa   dalam   pelaksanaan proses pembelajaran pada mata diklat Melakukan Pekerjaan  Dasar  Perbaikan  Rambu  Cahaya (MPDPRC)  adalah  sebagai  berikut  :  Guru  bidang studi mengunakan metode penggunaan modul, siswa dibiarkan belajar mandiri tanpa diberikan penyajian materi  terlebih  dahulu,  sehingga  hasil  belajar sebagian siswa tidak mencapai batas minimal kompetensi, Respon siswa kurang terhadap materi disebabkan kurang terciptanya suasana komunikatif antara  guru  dan  siswa,  Kreativitas   belajar  siswa kurang berkembang dan berdampak pada motivasi belajar  siswa  menjadi  turun.  Siswa  menjadi  bosan atau jenuh dalam belajarnya sehingga pembelajaran pun menjadi tidak kondusif.
Fakta   dari  hasil   wawancara   dengan   beberapa siswa bahwa sesungguhnya siswa kurang dapat memahami  konsep terhadap  pelajarayang diberikan, Siswa belum dapat menghubungkan pengetahuan  yang  dipelajarinya  dikelas  dalam aplikasi   dikehidupan   nyata.   Hal   lain   yang   juga menjadi faktor kesulitan siswa adalah kurangnya keberanian  siswa  untuk  berinteraksi   dengan  guru dan interaksi siswa dengan siswa yang menyebabkan kesulitan salah satu siswa tidak diketahui oleh guru atau  siswa  lain.  Sedangkan  hasil  dari  hasil wawancara  dengan  gurbahwa  masalah  yang membuat siswa tidak bersemangat dan kurang termotivasi dalam proses belajar mengajar adalah kejenuhan   siswa   dalam   proses   belajar   mengajar karena kurangnya kegiatan praktikum atau kegiatan yang   mendorong    siswa   mengenal    dan   mampu  menghubungkan   pengetahuannya   dengan   masalah yang sesungguhnya dikehidupan nyata.
Fenomena        di          atas       berakibat          pada     tingkat pencapaian  belajar  yang  tidak  optimal.  Hasil  rata- rata hitung nilai siswa pada mata diklat Melakukan Pekerjaan  Dasar  Perbaikan  Rambu  Cahaya (MPDPRC) dalam pokok bahasan intensitas penerangan  di kelas  tersebut  adalah  58,39,  dengan nilai tertinggi  85 dan nilai terendah  40 (pada skala 100). Dalam hal ini, hasil rata-rata kelas masih di bawah kompetensi mata diklat Melakukan Pekerjaan Dasar  Perbaikan  Rambu  Cahaya  (MPDPRC)  yaitu 7,00.  Oleh  sebab  itu,  perlu  adanya  upaya  untuk meningkatkan hasil belajar.
Salah  satu  upaya  untuk  memecahkan   masalah yang terjadi pada mata diklat Melakukan Pekerjaan Dasar Perbaikan Rambu Cahaya (MPDPRC) yang berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri. Trowbridge, dkk (dalam Wiyanto, 2005 : 40) mengemukakan bahwa Model inkuiri merupakan model  pembelajaran  yang  melatih  siswuntuk belajar menemukan masalah, mengumpulkan, mengorganisasi, dan memecahkan masalah. Dapat dikatakan  bahwa  inkuiri  merupakan  suatu  proses yang ditempuh oleh siswa  dengan mengidentifikasi masalah,   melakukan   eksperimen,   mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Dalam inkuiri siswa terlibat secara langsung dalam kegiatan  belajar  mengajar.  Model  pembelajaran inkuiri     juga  mempunyai   kelemahan,  yaitu  tidak efektif digunakan jika terdapat beberapa siswa yang pasif.
Untuk  mengatasi  kelemahan  tersebut  dapat diatasi  dengan  melakukan  pembelajaran  dalam bentuk  kelompok,   namun  bentuk  kelompok   juga akan  tidak  efektif  jika  pembagian  kelompok dilakukan  secara  tidak  adil.  Maka  akan  lebih  baik jika kelompok yang dibentuk adalah kelompok kooperatif, dimana kelompok ini merupakan prinsip dari pembelajaran kooperatif. Menurut Robert dan Johnson,    “Pembelajaran    kooperatif    harus menerapkan  lima  unsur,  yaitu  :  saling ketergantungan  positif,  tanggung  jawab perseorangan, tatap muka, dan evaluasi proses kelompok (Lie, 2002 : 31).

Penggunaan model pembelajaran inkuiri dalam kelompok kooperatif pada pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. Oleh sebab itu, penulis dan guru bidang studi MPDPRC di BPTP Bandung secara kolaboratif mengadakan penelitian sebagai tindak lanjut dari rendahnya aktivitas siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar. Aktivitas siswa yang dimaksud adalah aktivitas siswa yang berlangsung saat proses pembelajaran berlangsung, dengan   demikian   penilaian   tidak   hanya   produk (hasil)  belajar  tetapi  juga  prosesnya.  Dari  uraian diatas, penulis mengintegrasikan dalam penelitian tindakan kelas yang berjudul Upaya meningkatkan hasil  belajar  melalui  model  pembelajaran   inkuiri dalam kelompok kooperatif pada mata diklat melakukan  pekerjaan  dasar  perbaikan  rambu cahaya”. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan informasi tentang peningkatan hasil belajar siswa.


LANDASAN TEORI
Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang melatih siswa untuk belajar menemukan  masalah,  mengumpulkan, mengorganisasi, dan memecahkan masalah. Lebih lanjut, Suchman (Susilawati, 2004 : 10) mengemukakan bahwa “Model pembelajaran inkuiri dapat melatih siswa untuk menginvestigasi dan menjelaskan  suatu  proses  yang  tidak  biasa, mengajak  siswa  melakukan  hal  serupa  seperti ilmuwan  dalam  usaha  mengorganisir   pengetahuan dan membuat prinsip-prinsip”.
Tujuan umum inkuiri, menurut Joice et al (1992), adalah Untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk membangkitkan pertanyaan yang muncul dari rasa keingintahuannya dan  upaya  mencari  jawabannya (Wiyanto,  2005  :
40). Metode inkuiri memfasilitasi agar siswa mempertanyakan  mengapa  peristiwa  terjadi, kemudian berusaha mengumpulkan data dan mengolahnya, sehingga dengan caranya itu dapat menemukan jawaban yang bersifat sementara.
Jerome Bruner (Amien, 1988 : 99), seorang profesor  psikologi  darHarvard  University  di Amerika  Serikat  menyatakan  beberapa  keuntungan dari metode inkuiri, sebagai berikut :
1.  Siswa  akan  mengerti  konsep-konsep  dasar  dan ide-ide lebih baik.
2.  Membantu   dala menggunakan   ingatan   dan
transfer  pada  situasi-situasi  proses  belajar  yang baru.
3.  Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas insiatif sendiri.
4.  Mendoron siswa   untu berfikir   intuitif   dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
5.  Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.
6.  Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan  suatsistem  pengajaran  yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja  sama  dengan  sesama  siswa  dalam  tugas- tugas yang terstruktur (Anita Lie, 2002 : 12). Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan suasana kondusif kepada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan   pengetahuan,   sikap,   nilai,   serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat.
Model   pembelajaran    kooperatif    tida samdengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur- unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok biasa yang dilakukan asal-asalan.
Dalam metode kerja kelompok biasa, banyak pengajar  yang  hanya  membagi  siswa  dalam kelompok lalu memberi tugas untuk menyelesaikan sesuatu tanpa pedoman mengenai pembagian tugas. Akibatnya, siswa merasa ditinggal sendiri karena mereka belum berpengalaman, dan tidak tahu bagaimana harus bekerja sama menyelesaikan tugas berikut.  Sebenarnya,  pembagian  kerja  yang  kurang adil tidak perlu terjadi dalam kerja kelompok jika pengajar benar-benar menerapkan prosedur model pembelajaran kooperatif. Pelaksanaan prosedur pembelajaran  kooperatif  dengan  benar memungkinkan   pendidik  mengelola   kelas  dengan lebih efektif.
Roger dan David Johnson (Anita Lie, 2002 : 31) mengatakan  bahwa  “Tidak  semua  kerja  kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif”. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan, yaitu :
a.   Saling Ketergantungan Positif
Keberhasila suat kary sangat   bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kerja kelompok yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok   harus   menyelesaika tugasny sendiri agar   yang   lain   bis mencapai      tujuan   mereka. Dengan   cara  ini  mau  tidak  mau  setiap  anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain berhasil. Setiap siswa diberi nilai  individu  dan  nilai  kelompok.  Sehingga  siswa yang kurang mampu tidak minder terhadap rekan- rekan  mereka  karena  ikut  memberikan  sumbangan dan siswa yang kurang akan merasa terpacu untuk meningkatkan  nilai  mereka.  Sebaliknya,  siswa pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena rekanny yang  kurang   mamp juga  telah memberikan bagian sumbangan mereka.
b.   Tanggung Jawab Perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Karena setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
c.    Tatap Muka
Setiap   kelompok   harus   diberika   kesempatan untuk  bertatap  muka  dan  berdiskusi.  Kegiatan  ini akan memberikan dampak positif, karena hasil pemikiran banyak kepala lebih baik daripada satu kepala.   Pada   intiny kegiatan   tata muka   dan berdiskusi di setiap kelompok adalah agar siswa menghargai   perbedaan,   memanfaatkan    kelebihan dan menutupi kekurangan yang dimiliki masing- masing individu.

d Komunikasi Antar anggota
Sebelum  penugasan,  guru membekali  siswa dengan  berbagai  keterampilan  berkomunikasi. Karena tidak semua siswa mempunyai keahlian mendengar dan berbicara. Siswa tidak diharapkan menjadi komunikator yang handal dalam waktu sekejap, namun proses ini bermanfaat untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
e.    Evaluasi Proses Kelompok
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses hasil kerja kelompok  dan  hasil  kerja  sama,  agar  selanjutnya bisa  bekerj sam denga lebih   efektif.   Format evaluasi bisa bermacam-macam, bergantung pada tingkatan pendidikan siswa.

Model  Pembelajaran   Inkuiri  dalam  Kelompok Kooperatif
Model  pembelajaran  inkuiri  dalam kenyataannya,  mempunyai  kelemahan  1) memerlukan  waktu  yang  cukup  lama,  2) memerlukan  perencanaan  yang teratur  dan matang, dan  3)  tidak  efektif  jika  terdapat  beberapa  siswa yang pasif.
Jikterdapat  beberapa  siswa  yang  pasif, sebaiknya  siswbekerja  kelompok  dalam pembelajaran inkuiri. Menurut  konsep Vygostsky, “ditegaskan   peranan   sosial   dalam   belajar   adalah konsep  yang  relevan  untuk  pembelajaran   inkuiri. Maka  langkah-langkah   dalam  proses  ilmiah (hipotesis, eksperimen, mengumpulkan data, dan penyajian hasil) mencakup kerja kelompok”. Siswa bekerja dalam kelompok juga berfikir dan berperan sebagai  ilmuwan.  Siswa  yang  bekerja  dalam kelompok biasanya lebih baik daripada siswa yang bekerja sendiri.
Metod kerja   kelompo serin dipakai   oleh banyak  gurunamun  dalam  pelaksanaannya dianggap kurang efektif. Berbagai sikap dan kesan negatif memang bermunculan, misalkan kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan. Sebaliknya, jika kerja kelompok berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah membonceng pada hasil kerja mereka.
Berbagai dampak negatif dalam penggunaan metode kerja kelompok tersebut seharusnya bisa dihindari   jika   saja   guru   mau   meluangka lebih banyak waktu dan perhatian dalam persiapan penyusunan metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan       dalam      metode       pembelajaran kooperatif   (cooperative   learning)   bukan   sekedar kerja   kelompoknya,   melainkan   penstrukturannya. Jadi sistem pengajaran cooperative learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja kelompok yang terstruktur yang terdiri dari dua sampai enam orang, dimana menurut Johnson (Anita Lie, 2002 : 31) Terdapat lima unsur pokok yang harus diterapkan, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan,  tatap  muka,  komunikasi  antar anggota, dan evaluasi proses kelompok”.
Dari uraian diatas, model pembelajaran inkuiri dalam kelompok kooperatif merupakan suatu proses yang  ditempuh  oleh  siswa    dengan  merencanakan dan melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis  data,  sertmenarik  kesimpulan, dengan pengelompokkan siswa berdasarkan pembelajaran kooperatif. Jadi, kelompok kooperatif ialah kelompok kerja yang dibuat guru berdasarkan pengelompokkan pembelajaran kooperatif sehingga dalam kelompok tersebut terdapat lima unsur pokok pembelajaran kooperatif.

METODE PENELITIAN
Metode  penelitian  yang  digunakan  dalam penelitian  ini  adalah  penelitian  tindakan  kelas (PTK). Prosedur dasar pengembangan program tindakan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.  Tahap Perencanaan Tindakan
Secara terperinci tahap perencanaan dalam penelitian ini  yaitu :
a.  Menentukan  kelas  subjek  yang  akan  diteliti  di Balai Pengembangan Teknologi dan Pendidikan Bandung.
b.  Identifikasi  masalah  dan  menetapkan  alternative pemecahannya.
c. Berdasarkan   hasil  observasi   awal,  peneliti menyusun rencana (skenario) pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian sesuai dengan model pembelajaran inkuiri dalam kelompok kooperatif. Rencana pembelajaran  dibuat tiga siklus  tindakan.  Masing-masing  siklus dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Waktu pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan kondisi  waktu  kegiatan  belajar  mengajar  yang ada.
d.  Mencari bahan materi yang sesuai.
e.  Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)
f.   Menyusun  lembar tes kognitif yaitu lembar post test dengan bentuk uraian.
g.  Menyusun format evaluasi.
h.  Menetapkan    cara    observasi    menggunakan observasi terbuka yang   dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
i.  Menyusun  pedoman  observasi  dan  menetapkan fokus observasi yaitu aktivitas guru dan aktivitas siswa berdasarkan pada aspek afektif dan psikomotor.
 j. Mempersiapkan alat, sumber dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran.
 k.  Menetapkan cara pelaksanaan refleksi dan pelaku refleksi.
 l. Menetapkan kriteria keberhasilan dalam upaya pemecahan masalah
b.  Tahap Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti memberi tindakan dalam tiap siklus penelitian dengan indikator adanya peningkatan hasil belajar siswa. Setiap siklus terdiri dari pembuatan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran  berikut  observasi,  pelaksanaan observasi,  pelaksanaan  evaluasi,  pelaksanaan refleksi, dan pelaksanaan rencana ulang berdasarkan hasil dari tahap refleksi dan dilakukan secara kolaboratif dengan guru mata diklat MPDPRC di BPTP.
Pada tindakan proses pelaksanaannya meliputi :
1)  Guru mempersiapkan  siswa untuk melaksanakan pre test.
2) Guru selaku praktisi melaksanakan pembelajaran Melakukan Pekerjaan Dasar Perbaikan Rambu Cahaya menggunakan model inkuiri dalam kelompok kooperatif.
3) Guru    membagi     siswa    dalam    kelompok kooperatif, yaitu kelompok yang disusun berdasarkan kemampuan yang berbeda. Masing- masing kelompok tersebut terdiri dari 2 sampai 6 orang.
4) Setelah   proses   pembelajaran    selesai,   guru menyiapkan siswa untuk mengikuti post test.
5)  Peneliti   sebagai   observer   melakukan   kegiatan observasi       selama proses pembelajaran berlangsung baik terhadap guru maupun siswa. Pelaksanaan              kegiatan  belajar mengajar  secara kolaboratif  dengan guru bidang studi sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun untuk siklus pertama berdasarkan hasil refleksi pada penelitian pendahuluan. Pada siklus ini dilaksanakan sesuai dengan  tahap  perencanaan,  yaitu  pembelajaran dengan dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran kooperatif. Tahapan dari model pembelajaran yang dilakukan adalah:
a)  Tahap penyajian masalah
Memberikan permasalahan kepada siswa sesuai dengan pokok bahasan yang ditentukan.
b)  Tahap pengumpulan dan verivikasi data
Pada tahap ini, dari permasalahan yang telah dikemukakan,  siswa  diminta  untuk mengumpulkan informasi dan  mengidentifikasi tentang permasalahan tersebut.
c)  Mengadakan eksperimen dan pengumpulan data
Pada  tahap  ini  siswa  melakukan  percobaan melalui panduan lembar kerja siswa (LKS).
d)  Merumuskan penjelasan

Pada tahap ini, guru mengajak siswa melakukan analisis dan diskusi terhadap hasil-hasil yang diperoleh  sehingga  siswa  mendapatkan  konsep dan teori yang benar sesuai konsepsi ilmiah serta terhindar dari miskonsepsi.
e)  Mengadakan analisis inkuiri
Pada tahap ini, siswa diminta untuk mencatat informasi yang diperoleh, serta diberikan kesempatan bertanya tentang informasi-informasi apa  saja  yang  diperlukan  berkaitan  dengan konsep  atau  teori  yang  telah  mereka  dapatkan pada tahap sebelumnya, dan jika perlu, guru memberikan latihan soal-soal.
c.  Tahap Observasi
Observasi     dilaksanakan   secara  kolaboratif yang melibatkan guru mata diklat dan peneliti sebagai  pengamat  untumemperoleh  data meliputi kegiatan guru dan aktivitas siswa ketika proses belajar-mengajar berlangsung di kelas.
Data yang dikumpulkan  adalah data kualitatif yang dikumpulkan melalui  catatan lapangan dan lembar observasi. Sedangkan data kuantitatif dikumpulkan melalui pelaksanan pre tes dan post tes serta tes sub sumatif setelah pembelajaran inkuiri dalam kelompok kooperatif dilakukan.
d.  Tahap Refleksi
Setelah dilaksanakan evaluasi hasil belajar melalui tes setelah proses pembelajaran berlangsung  selanjutnya  peneliti  melakukan analisis terhadap tindakan-tindakan yang telah dilakukan dan menganalisis hasil belajar siswa. Tahap  selanjutnya  yaitu  refleksi.  Refleksi dilakukan untuk mengkaji dan merenungkan kembali informasi-informasi awal berkenaan dengan adanya ketidaksesuaian dengan praktek pembelajaran.  Refleksi  dilakukan  secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas, untuk menemukan bahan bagi perbaikan rencana tindakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan dalam 3 siklus, hasil penelitian dipaparkan berdasarkan hasil tindakan, analisis dan refleksi per siklus sebagai berikut :
Siklus Pertama :
Hasil Tindakan
1.  Guru  melaksanakan   kegiatan  berdasarkan  RPP yang telah diperbaiki bersama.
2.  Guru     melakukan     tahap-tahap     pembelajaran inkuiri dengan baik dan membagi siswa dalam kelompok kooperatif.
3.  Guru memperbaiki motivasi belajar siswa dengan membuat variasi pembelajaran.
Analisis :
1.  Dalam  pengkondisian     siswa  kesiapan  belajar siswa   belum   dilakukan   dengan   baik,   karena penjelasan  yang  diberikan  kepada  siswa  belum bisa dimengerti.
2.  Guru  sudah  berusaha  menyajikan  permasalahan dengan  berbagai  metode  seperti  diskusi,  tanya jawab, dan ceramah.
3. Dalam       memberikan        pertanyaan        dan mendengarkan pendapat siswa guru selalu menghargainya.Guru   tidak   menyalahkan pendapat  atau  jawaban  salah  yang  disampaikan oleh  siswa.  Tetapi  siswa  tidak  berani  bertanya pada guru. Hal ini dimungkinkan karena pribadi dari guru yang pendiam, sehingga komunikasi dengan siswa kurang baik.
4. Aktivitas siswa dalam pembelajaran ini, tampak belu ad peningkatan Hal   ini   ditunjukkan dengan sikap siswa yang malu-malu ketika mengungkapkan  pertanyaan  pada  saat mengerjakan LKS, nampak canggung saat melakukan  presentasi  ddepan  kelas,  dan sedikitny siswa  yang  bertany pada  diskusi. Dalakegiatan  kelompok  pembagian  tugas masih belum merata sehingga tidak semua siswa terlibat dalam pengerjaan LKS.
Refleksi :
1. Dalam proses kegiatan pembelajaran guru belum terbiasa dengan model pembelajaran inkuiri sehingga kurang memperhatikan kondisi kelas, terlihat ada beberapa siswa yang masih ribut saat presentasi. Hal ini berdampak pada kondisi kelas yang menjadi tidak kondusif. Selain itu, guru kurang  berkomunikasi  dengan  baik  terhadap siswa sehingga siswa merasa canggung untuk bertanya tentang kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran.
2.  Dalam  melakukan   observasi  belajar  dan  kerja siswa dalam kelompok sebaiknya guru harus memberikan   perhatian   yang  lebi agar  siswa lebih  termotivasi  untuk  menyelesaikan  LKS dengan  benar  karena  hampir  semua  kelompok tidak membuat kesimpulan dari eksperimen yang dilakukan dan siswa tidak merasa canggung lagi dalam mengungkapkan pertanyaan. Pembagian siswa kelompok kooperatif juga harus diperbaiki dengan perencanaan yang matang. Agar timbul saling ketergantungan positif antar siswa dalam kelompok  tersebut  dan  suasana  kelas  lebih kondusif.
3. Dalam  memanajemen  waktu  untuk  kegiatan pembelajaran   guru  sebaiknya  mengaturnya dengan tepat agar kegiatan pembelajaran berjalan sesuai  dengan  waktu  yang  telah  direncanakan. Guru harus mampu mengatur dinamika kegiatan belajar agar lebih efektif dan setiap tahap pembelajaran dapat dilaksanakan dengan optimal.
4. Dalam    melakukan    refleksi    setiap    proses pembelajaran   sebaikny guru  juga  melibatkan siswa baik ide maupun saran, agar siswa merasdihargai    dan   hal   ini   berpengaruh    terhadap peningkatan motivasi siswa dalam belajar.
Siklus kedua :
Hasil Tindakan :
1.  Guru  melaksanakan   kegiatan  berdasarkan  RPP yang telah diperbaiki bersama.
2.  Guru     melakukan     tahap-tahap     pembelajaran inkuiri dengan baik sesuai dengan waktu yang dialokasikan   dan  membagi   siswa   dalam kelompok kooperatif.
3.  Guru memperbaiki motivasi belajar siswa dengan membuat variasi pembelajaran.
4.  Guru  memperbaiki  cara  berkomunikasi  dengan
baik. Analisis:
1. Pembagian kelompok kooperatif sebenarnya guru dan peneliti telah menyusun kelompok sesuai dengan kemampuan yang diamati dari prestasi keseharian dan hasil dari tindakan sebelumnya, tetapi  susunan tersebut tidak bisa dilaksanakan. Seperempat lebih dari siswa tidak hadir, karena beberapa sakit dan sisanya tidak ada keterangan. Guru banyak mengambil inisiatif spontan untuk mengatasi hambatan-hambatan  yang terjadi.
2. Guru berusaha memperbaiki komunikasi dengan siswa.
3. Aktivitas   siswa   pada   pertemuan   kali   ini mengalami peningkatan namun belum signifikan. Terlihat ketika siswa mengalami kesulitan setelah berdiskusi dengan kelompoknya, siswa sudah berani bertanya langsung pada guru.
4.  Pada  saat  kerja  kelompok  tampaknya  aktivitas setiap anggota sudah meningkat, dimana semua siswa ikut andil dalam penyelesaian LKS.
5. Dalam     mengatur      waktu,     guru     sudah melaksanakan dengan cukup baik.
Refleksi :
1.  Kegiatan  berikutnya  harus  lebih  menarik,  agar siswa tidak jenuh dan lebih termotivasi untuk belajar pokok bahasan selanjutnya, misalnya menggunaka media   peraga   yang   nyata   dan setiap kelompok diwajibkan membuat minimal 1 pertanyaan pada saat presentasi. Selain itu, guru mengingatkan   siswa pada lembar kerja untuk membuat kesimpulan hasil eksperimen.
2. Tindakan  selanjutnya membuat kelompok sesuai dengan kelompok kooperatif dengan mendata terlebih dahulu siswa yang hadir pada mata diklat sebelumnya,   agar  terencana   dengan   baik  dan sesuai.
3.  Guru sebaiknya lebih berkomunikasi dengan baik lagi pada siswa agar pembelajaran inkuiri pada pertemuan  selanjutnya  dapat  berjalan  lebih baik dan          proses     refleksi     dengan     siswa    dapat dilaksanakan  untuperbaikan  proses pembelajaran. Selain itu, guru lebih mengoptimalkan  setiap tahap-tahap dalam model


pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran kooperatif.
Siklus ketiga :
Hasil Tindakan :
1.  Guru  melaksanakan  kegiatan  berdasarkan  RPP yang telah diperbaiki bersama.
2. Guru   melakukan   tahap-tahap   pembelajaran inkuiri dengan baik sesuai dengan waktu yang dialokasikan   dan  membagi  siswa  dalam kelompok kooperatif yang sebelumnya  telah didata terlebih dahulu agar pembagian kelompok kali ini sesuai rencana.
3.  Guru    memperbaiki    motivasi    belajar    siswa dengan  membuat  variasi  pembelajaran,  kali dengan melaksanakan praktikum.
4.  Guru  lebih  memberikan  perhatian  lagi  kepada siswa agar siswa dapat melakukan aktivitasnya dengan baik.
Analisis:
1. Dala kegiatan    pembelajaran    siswa   sudah mengkondisikan  diri  dalam  kegiatan pembelajaran. Hal ini berdampak positif , dimana siswa  sudamerasa  bahwa  kegiatan pembelajaran merupakan kebutuhan yang berasal dari dirinya sendiri, bukan atas paksaan guru.
2. Dalam mengemukakan  pertanyaan  dan pendapat siswa cenderung lebih aktif dari pertemuan sebelumnya, walaupun terkadang harus dipersilahkan terlebih dahulu oleh guru.
3. Metode           yang           digunakan          sudah   mengalami peningkatan dengan memberikan variasi penyampaian  dan mengembangkan  materi ke dalam kehidupan sehari-hari.
4. Dala pelaksanaan   tahap-taha pembelajaran inkuiri guru sudah melaksanakan dengan optimal dengan berusaha menciptakan dinamika pembelajaran yang berkesinambungan.
Refleksi :
1. Saran  yang  dapat  dijadikan  masukan  untuk menerapkan model inkuiri dalam kelompok kooperatif harus dibuat media yang lebih menarik dan memperbanyak pengamatan agar siswa lebih termotivasi pada program diklat MPDPRC.
2. Guru sebaiknya mengoptimalkan pengkondisian siswa agar seluruh siswa dapat ikut berperan serta dalam aktivitas kegiatan pembelajaran sedangkan untuk  metode,  langkah-langkah,  manajemen waktu, memotivasi siswa, guru sudah bisa melaksanakannya dengan baik.

KESIMPULAN DAN SARAN
1. Gambaran awal dari kegiatan pembelajaran pada mata diklat MPDPRC, siswa sangat bergantung pada modul sehingga menyebabkan proses pembelajaran  kurang  efektif  dan komunikasi antara guru dan siswa tidak terjalin dengan baik.


Selain itu, sumber belajar dan alat praktikum kurang memadai.
2.  Proses pembelajaran setelah menggunakan model inkuiri dalam kelompok kooperatif dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru meskipun dengan beberapa kendala yang dihadapi.
3.  Kendala-kendala    yang     dihadapi           pada     saat penelitian  disebabkan  oleh  beberapa  faktor, seperti  kesiapan  guru  dalam  memanajemen waktu,  kondisi  situasi  di  lapangan  maupun motivasi siswa dalam pembelajaran. Namun kendala-kendala  yang  dihadapi  dapat  diatasi dengan berdiskusi dengan guru.
4.  Kesan dan tanggapan yang disampaikan guru dan siswa juga menyatakan bahwa inkuiri dalam kelompok kooperatif membawa pengaruh positif. Guru menyatakan model ini dapat mengubah cara belajar siswa dari yang hanya mendengarkan menjadi beraktivitas, dan dapat meningkatkan motivasi siswa. Sedangkan  menurut sebagian siswa,   model    ini    dapat    membantu    siswa memahami materi, memberikan kebebasan mengemukakan pendapat, dan siswa terdorong untuk  berdiskusi  bersama  teman  untuk memecahkan masalah yang dihadapi sebelum bertanya kepada guru.

5.2. Saran
1. Pada  guru  diharapkan   dapat  meningkatkan penerapan model pembelajaran inkuiri dalam kelompok kooperatif dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan dan melakukan refleksi untuk kegiatan belajar selanjutnya.
2. Untuk    menunjang     kegiatan    pembelajaran hendaknya  sumber  belajar  dan  alat  praktikum dapat dilengkapi sesuai dengan kebutuhan agar variasi belajar  pada mata diklat MPDPRC  lebih baik lagi.

Thank You for Visiting SolusiFunny
Signed By
Photobucket


Tolong dibaca terlebih dahulu !

Anda sedang membaca tentang Optimalisasi Pemahaman Konsep Perbaikan Rambu Cahaya Melalui Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Dalam Kelompok Kooperatif dan anda bisa menemukan artikel Optimalisasi Pemahaman Konsep Perbaikan Rambu Cahaya Melalui Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Dalam Kelompok Kooperatif ini dengan url http://solusifunny.blogspot.com/2012/02/optimalisasi-pemahaman-konsep-perbaikan.html, Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Optimalisasi Pemahaman Konsep Perbaikan Rambu Cahaya Melalui Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Dalam Kelompok Kooperatif ini sangat bermanfaat bagi Anda atau siapapun yang Anda kehendaki, namun jangan lupa untuk meletakkan link postingan Optimalisasi Pemahaman Konsep Perbaikan Rambu Cahaya Melalui Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Dalam Kelompok Kooperatif sebagai sumbernya.

Artikel Yang Sejenis

Comments
0 Comments

0 komentar:


Silakan Komentar sepuasnya boleh kritik, saran, just kid, atau bad report, atau yang lainnya...

Tapi Ingat !!

Komentar tolong yang sopan dan tidak berbau SARA yach !

^_^

Posting Komentar