REAKSI ASAM-BASA

A. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan kali ini yaitu :
1. Menentukan titik akhir titrasi
2. Menentukan titik equivalent titrasi
B. Landasan Teori
Alkali merupakan unsur-unsur golongan A dalam table periodic yang kita kenal sekarang yang pada dasarnya telah ditemukan sejak zaman dahulu. Istilah ini diambil dari bahasa arab yang artinya abu. Unsur-unsur alkali dapat bereaksi membentuk basa. Dimana gabungannya dengan sam dapat membentuk garam. Asam sendiri nerasal dari bahasa latin yaitu “acetum” yang berarti cuka.
Pada zaman dahulu hingga sekarang telah banyak bermunculan teori-teori mengenai asam-basa. Teori-teori tersebut dapat dikatakan sebagai balok yang sangat penting dalam sejarah ilmu kimia. Mulai dari Lavoisier (1777) yang mengatakan bahwa semua asam senantiasa mengandung unsure dasar oksigen (dalam hal ini pembentuk asam). Kemudian teori tersebut dibenarkan oleh davy (1810). Davy sendiri mengatakan bahwa semua asam hidroklorida hanya mengandung hydrogen sebagai unsure dasarnya dan bukannya oksigen. Atas dasar inilah sehingga kemudian ditetapkan bahwa yang merupakan unsure dasar asam adalah hydrogen bukan oksigen. Selain kedua teori tersebut banyak pula teori-teori lain yang membahas masalah asam dan basa seperti Arhenius, Bronsted-lawry dan masih banyak lagi (Petrucci, 1987: 260-261).
Banyak cara untuk memahami tentang asam dan basa. Kita dapat mengartikan asam dan basa berdasarkan keniakan konsentrasi dari ion H+ dan OH-. Jika sebuah larutan didalamnya terdapat H+ yang jumlah lebih besar dari ion OH-, maka kita dapat menyebutkan sebagai larutan asam. Begitu pula jika suatu larutan memiliki jumlah ion OH- yang lebih banyak dari pada jumlah ion H+, maka larutan itu dapat kita katakana sebagai larutan basa. Hasil pereaksian asam dan basa itu sendiri dapat membentuk suatu senyawa yang biasa disebut sebagai garam, dan reaksi antara ion H+ dan OH‑ nya membentuk air yang bersifat netral (Brown,dkk., 1994:568).
Berdasarkan reaksi asam dan basa, kita dapat menentukan konsentrasi diantara keduanya belum diketahui. Salah satunya cara penentuan tersebut adalah dengan cara titrasi. Titrasi menyangkut asam dan basa secara luas dan banyak sekali digunakan dalam balai-balai pengendalian analitik terhadap banyak barang dagangan. Diosiasi asam dan basa menggunakan pengaruhnya terhadap proses metabolic didalam sel hidup. Salah satu segi terpenting dalam suatu proses titrasi adalah sampai berapa jauh reaksi berlangsung menuju ke titik eqivalen, karena perhitungan stoikiometri tidak memperhitungkan letak kesetimbangan kea rah mana suatu reaksi berkecendrungan (Underwood, dkk., 1980:131).
C. Alat dan Bahan
1.Alat
o Labu Takar 100 mL
o Gelas Kimia 250 ml
o Buret 50 mL
o Pipet volume 25 mL
o Labu Erlenmeyer 250 mL
o Batang Pengaduk
o Statif dan Klem
2. Bahan:
o Asam Oksalat (COOH)2,2H2O
o Aquadest
o NaOH X M
o HCL X M
o Indikator P.P

D. Prosedur Kerja
1. Penentuan Konsentrasi larutan Asam Oksalat
AsamOksalat
- Ditimbang 0,63035 gram
- Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL
- Ditambahkan aquadest hingga batas miniskus
- Dihitung konsentrasi asam oksalat (N)
[(COOH)] = 0,1 N


2. Penentuan Konsentrasi sLarutan NaOH dengan Bahan Baku Asam Oksalat
20 mL Asam Oksalat
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL
- Ditambahkan 4 tetes indicator P.P
- Di titrasi dengan larutan baku NaOH
- Diamati perubahan warna (titik akhir titrasi)
- Di lihat volume NaOH yang digunakan pada buret
- Di hitung konsentrasi NaOH
[NaOH] =
Penentuan Konsentrasi HCl dengan Titrasi NaOH
25 mL HCl larutan HCl X M
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL
- Ditambahkan 2 tetes indicator P.P
- Dititrasi dengan menggunakan larutan baku NaOH
- Diamati perubahan warna
- Dilihat volume NaOH yang digunakan
- Dihitung konsentrasi HCl
[HCl] =
E. Hasil Pengamatan

1. Penentuan Konsentrasi larutan Asam Oksalat
2. Penentuan Konsentrasi sLarutan NaOH dengan Bahan Baku Asam Oksalat
3. Penentuan Konsentrasi HCl dengan Titrasi NaOH
F. Perhitungan
G. Pembahasan
Titmetri atau volumetri adalah cara analisis jumlah berdasarkan pengukuran volume larutan pereaksi berkepekatan tertentu (peniter/titrant/larutan baku) yang direaksikan dengan larutan contoh yang sedang ditetapkan kadarnya. Pelaksanaan pengukuran volume ini disebut titrasi/peniteran. Peniteran yaitu larutan peniter diteteskan sedikit demi sedikit ke dalam larutan contoh sampai tercapai titik akhir.
Reaksi dasar dalam reaksi asam-basa adalah netralisasi/penetralan yaitu reaksi asam dan basa yang dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi berikut:
Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting yaitu asam, basa, dan garam.
Asam secara sederhana didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Beberapa asam dan hasil disosiasinya adalah sebagai berikut:
Sebenarnya, ion hidrogen (proton) tak ada dalam larutan air. Setiap proton bergabung dengan satu molekul air dengan cara berkoordinasi dengan sepasang elektron bebas yang terdapat pada oksigen dari air, dan terbentuk ion-ion hironium:
Basa, secara paling sederhana dapat didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satunya ion negatif. Hidroksida-hidroksida logam yang larut, seperti natrium hidroksida hampir sempurna berdiosiasi dalam larutan air yang encer :
Karena itu basa ini adalah basa kuat. Basa kuat merupakan elektrolit kuat, sedang basa lemah merupakan elektrolit lemah.
Garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Proses-proses semacam ini disebut reaksi netralisasi. Definisi adalah benar, dalam artian, bahwa jika sejumlah asam dan basa murni yang ekuivalen dicampur, dan larutannya diuapkan, suatu zat kristalin tertinggal, yang tak mempunyai ciri-ciri khas suatu asam atau basa.Jika persamaan dinyatakan sebagai interaksi molekul-molekul,

Pembentukan garam seakan-akan merupakan hasil dari suatu proses kimia sejati. Tetapi ini sebernarnya tidak tepat. Karena baik asam (kuat) maupun basa (kuat), serta pula garam hampir sempurna berdiosiasi dalam larutan,
Sedangkan dalam air, yang terbentuk dalam proses ini, hampir-hampir tak berdiosiasi sama sekali. Karena itu, lebih tepat untuk menyatakan reaksi netralisasi sebagai penggabungan ion-ion secara kimia:
Dalam persamaan ini , ion dan tampil pada kedua sisi. Karena dengan demikian tak ada terjadi apa-apa dengan ion-ion ini, persamaan ini disederhanakan menjadi
Yang menunjukkan bahwa reaksi asam – basa (dalam larutan-air) adalah pembentukkan air.
Dibandingkan dengan zat elektrolit lain, asam dan basa merupakan larutan elektrolit yang paling penting. Khususnya dalam larutan dengan pelarut air, asam dan basa sering membentuk sistem keseimbangan yang penting.
Berbagai teori telah dikemukakan dalam menerangkan sifat asam dan basa. Diantara teori tersebut adalah yang dikemukakan oleh Arhenius. Arhenius mendefinisikan asam sebagai senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan membebaskan ion hidrogen (H+). Sedangkan basa menurut Arhenius adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion hidroksida (OH-). Jadi reaksi netralisasi dari reaksi asam dan basa mampu membentuk garam dan air.
Hasil pengukuran panas netralisasi asam kuat dan basa kuat mendukung teori Arhenius. Dari hasil pengukuran tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam reaksi netralisasi yang ikut bereaksi adalah ion H+ dan OH-.
Tetapi kelemahan teori Arhenius adalah bahwa teori ini hanya berbatas pada larutan dengan pelarut air. Selain itu ada pula senyawa-senyawa tertentu yang bereaksi sebagai asam dan basa namun didalamnya tidak ada ion OH- yang terlihat. Karena itu jelas bahwa teori Arhenius masih perlu untuk dikembangkan agar dapat menjelaskan kenyataan tersebut. Pada tahun 1992-1923 J.N Brønsted dan M. Lowry mendefinisikan asam dan basa untuk memperbenar teori dari Arhenius. Teori Brønsted menjelaskan asam sebagai senyawa yang dapat memberikan proton.
Dalam melakukan titrasi, sangat diperlukan suatu bahan indikator yang mampu merubah warnanya sesuai dengan PH sekitar. Indikator adalah suatu zat, yang warnanya berbeda-beda sesuai dengan konsentrasi ion-hidrogen. Ia umumnya merupakan suatu asam atau basa organik lemah yang dipakai dalam larutan yang encer. Asam atau basa indikator yang tak terdiosiasi mempunyai warna yang berbeda dengan hasil diosiasinya. Jenis indikator yang khas adalah asam organik yang lemah dan mempunyai warna berbeda dari basa konjuatnya. Pheniftalin berubah warnanya dari tak berwarna menjadi merah muda saat berada dalam lingkungan basa.
Dalam percobaan ini dilakukan dua percobaan yaitu menentukan konsentrasi NaOH dengan larutan standar dan penentuan konsentrasi HCl dengan titrasi NaOH. Dalam percobaan pertama 20 mL (COOH)2 0,5 N diteteskan 4 tetes indikator P.P

H. Simpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
F. Saran
Saran praktikan adalah dalam melakukan praktikum diharapkan kesiapan peralatannya terutama bahan agar tidak menghambat jalannya praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Brown, 1994. Chemistry the Central Science. Prentice Hall. International Limited. London.

Petrucci, Ralph M., 1987. Kimia Dasar Edisi Keempat Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Svela, G., 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Media Pusaka. Jakarta.

Underwood,1981. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat. Terjemahan R. Soendoro.Erlangga.Jakarta


Tolong dibaca terlebih dahulu !

Anda sedang membaca tentang REAKSI ASAM-BASA dan anda bisa menemukan artikel REAKSI ASAM-BASA ini dengan url http://solusifunny.blogspot.com/2012/01/reaksi-asam-basa.html, Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel REAKSI ASAM-BASA ini sangat bermanfaat bagi Anda atau siapapun yang Anda kehendaki, namun jangan lupa untuk meletakkan link postingan REAKSI ASAM-BASA sebagai sumbernya.

Artikel Yang Sejenis

Comments
0 Comments

0 komentar:


Silakan Komentar sepuasnya boleh kritik, saran, just kid, atau bad report, atau yang lainnya...

Tapi Ingat !!

Komentar tolong yang sopan dan tidak berbau SARA yach !

^_^

Posting Komentar